Sabtu, 21 November 2015
Dandelion (Cerpen)
DANDELION
Karya : Tesa Ananda Putri
Gadis kecil berumur
tidak lebih dari 7 tahun itu meringkuk sendirian dibawah pohon besar yang
tumbuh ditengah padang rerumputan Dandelion. Menangis tanpa suara!. Raut
wajahnya terlihat kebingungan dan ketakutan.
Sebuah tangan kecil terulur didepannya. Gadis kecil
itu segera menyeka air matanya. Malu terlihat menangis oleh orang lain. Lalu
menatap lama pada uluran tangan itu dan mendongak menatap pemilik tangan kecil
itu. Seorang anak Laki-laki dengan Wajah yang terlihat berbinar dengan senyum
dibibirnya. Tatapannya terlihat Ramah, Lucu, dan menggemaskan.
Gadis kecil itu menerima uluran tangannya.
Menatapnya lekat tanpa berkedip.
“Ngapain disini ? Mama kamu mana ?” Tanya anak
Laki-laki itu dengan wajah polos.
Gadis kecil itu kembali Menangis mendengar Mamanya
disebut. Anak laki-laki yang berusia sekitar 9 tahun itu terlihat panik,
melihat Gadis kecil didepannya kembali menangis.
“Jangan nangis! Ayo, kita cari Mama kamu!” Ajaknya.
Si Gadis kecil berhenti menangis. “Benar?” Tanyanya
polos.
Si Anak laki-laki mengangguk. Lalu meraih tangan Si
Gadis kecil untuk dibimbingnya.
“Nama kamu siapa ?” Tanya anak itu lagi. Langit
mulai berwarna Oranye, pertanda hari sudah sangat Sore.
“KENA!”
***
Kena kecil yang waktu itu berusia 7 tahun belum
mengerti apa-apa. Tersesat sendirian dan malah meringkuk dibawah pohon besar
ditengah padang rerumputan Dandelion, sambil menangis tanpa suara!
Kena kecil yang sangat menyukai Kupu-kupu, langsung
mengejar kupu-kupu saat melihatnya. Yang kemudian membuatnya terpisah dengan Orang
tuanya, saat mereka sedang berPiknik.
Kena
yang sadar dia tersesat menjadi kebingungan dan ketakutan. Ditambah, langit
Oranye pertanda hari sudah sangat Sore, membuatnya semakin ketakutan! Kena
kecil menangis dalam diam, tanpa bisa mengeluarkan kata-kata teriakan untuk
minta tolong. Suaranya terasa tercekat saking ketakutannya. Untunglah ada seorang
anak Laki-laki yang mau membantunya hingga dia menemukan Orang tuanya kembali.
Suatu kesalahan ! Kena kecil yang bertemu Orang
tuanya langsung berlari menghampiri mereka. Tanpa menghiraukan anak laki-laki
tadi, dia lupa kalau dia bersama seseorang. Dia lupa mengucapkan Terimakasaih,
dan yang paling membuatnya Menyesal adalah Kena lupa menanyakan Nama anak
laki-laki itu.
Kejadian
itu masih tersimpan Rapi diIngatannya. Tersimpan didalam sebuah Kotak khusus
dimemori otaknya.
Matahari
diufuk timur bersinar Terang.
Kena duduk disebuah Ayunan dibawah pohon besar
ditengah padang rerumputan Dandelion, tempatnya tersesat dulu. Seharusnya Ia
mengalami trauma pada tempat ini, tapi tidak sama skali. Ia suka tempat ini! Ia
suka Dandelion! Melihat putik-putik bunganya berterbangan dia bahagia
melihatnya.
Dandelion..!!
Bunga rumput yang terlihat sederhana, tapi menyimpan banyak makna.
Kelopak Dandelion yang ringan bercerai-berai lalu
bulu-bulu putih itu menari dengan angin. Mereka tidak akan berhenti menari
sebelum menemukan suatu rintangan yang dapat memberhentikan tarian itu, mereka
menikmati setiap gerakan tarian mereka walaupun mereka tak tahu kemana arah
angin akan membawa mereka pergi. Dan ketika Dandelion itu menemukan tempat
pelabuhan mereka. Mereka akan menjadi pionir bak lichenes yang mempelopori
sukses kehidupan. Mereka akan membentuk koloni dan keluarga baru disana. Dan
terbukti mereka mempunyai mental baja. Kuat dan tegar! Beradaptasi dalam segala
musim! Winter, Summer, Autumn, dan Spring sekalipun.
Namun,
terlepas dari itu! Kena tidak bisa mengingkari bahwa tempat itulah yang
mengingatkannya pada Anak Laki-laki itu. Dan berharap suatu saat mereka bisa
bertemu lagi. Lebih dari sekedar ingin mengucapkan Terimakasih.
Kena
berdiri dari tempatnya duduk, berjalan kearah rerumputan Dandelion. Memetik
sebatang dan Meniupnya sampai bunganya berterbangan terbawa angin. Menatapnya Lekat-lekat
sampai hilang dari pandangan mata.
Matanya menyipit
melihat sosok bayangan di kejauhan sana. Kena beberapa kali melihat Pria itu disekitar
sini. Terbesit dipikirannya untuk berlari menghampiri Pria itu dan bertanya
apakah dia Anak laki-laki yang menolongnya dulu ? Tapi, jika Pria itu menjawab
Tidak! Apa yang harus dia lakukan ?. Dan Kalau dia tidak bertanya! Bagaimana kalau
dia benar orangnya. Itu berarti Kena telah menyia-nyiakan waktu. Seperti
pepatah bilang Time is Money. Itu sama saja dia membuang uangnya.
Ditekatkan
niatnya untuk menghampiri Pria itu. Melangkah mendekatinya, melihat dari jarak
dekat agar wajahnya terlihat jelas. Mungkin saja dia menemukan suatu kemiripan dengan anak yang menolongnya dulu.
Setelah merasa aman dengan jarak yang diambilnya. Kena buru-buru memosisikan
diri agar Pria itu tidak curiga.
Ditatapnya
Pria itu tanpa berkedip. Meneliti setiap inci wajahnya. Berharap dia bisa
menemukan kemiripan antara Pria ini dengan Anak laki-laki dulu.
Terlalu fokus dengan kegiatannya. Tanpa Kena sadari,
Pria itu menoleh padanya dan menatap Kena bingung. Merasa terganggu
diperhatikan seperti itu, Pria itu lalu menghampiri Kena.
Kena
baru tersadar Pria itu menghampirinya ketika Pria itu sudah berjarak sekitar
semeter dari dirinya. Sudah terlambat untuk menghindar. Kena menelan ludahnya,
Gugup! Apa yang harus dia lakukan? Apa yang harus dia katakan?.
Sebelum
Kena benar-benar selesai berfikir, Pria itu sudah berada didepannya.
Menatapnya dengan tatapan yang.... Hmb! Sulit
dijelaskan.
Tatapan
itu! Kena merasa familiar dengan tatapan itu! Mata yang terlihat berbinar!
Lagi-lagi Kena asyik
sendiri dengan pikirannya. Sampai dia tidak menyadari Pria itu baru saja
menyapanya.
Merasa tidak dihiraukan, Pria itu melambaikan
tangannya didepan wajah Kena.
Kena yang baru tersadar malah semakin merasa Gugup.
‘Memalukan!’ Umpatnya dalam hati.
“Hey.. Emb, kita pernah Ketemu?”. Pria itu buru-buru
bertanya sebelum Kena hilang kesadaran lagi.
“Ka..Kayaknya” Jawab Kena tergagap.
Pria itu mengernyitkan Dahi, kebingungan dengan
jawaban Kena.
Kena yang melihat kebingungan diwajah Pria itu,
langsung menambahkan “Kayaknya enggak!”.
Pria itu mengangguk tanda mengerti. Lalu berbalik pergi
dari hadapan Kena yang terbengong-bengong sendiri. Sebelum Pria itu terlalu
jauh. Kena buru-buru memanggilnya. Sekedar ingin tahu namanya. Dia tidak akan
mengulang kesalahannya dua kali.
“Hey!” Panggil Kena sedikit berteriak.
Pria itu menoleh. “Nama kamu siapa ?” Tanyanya juga
dengan sedikit berteriak.
Pria itu tersenyum. Lalu menjawab “ORION!”
***
Orion!
Sebuah nama yang terus
terngiang-ngiang ditelinga Kena. Nama yang tidak bisa lepas dari ingatannya
Semenjak kemarin dia mendengarnya. Senyuman Orion terasa familiar. Apa Orion
benar orangnya ? Anak laki-laki yang menolongnya dulu ?.
Esoknya. Kena kembali ketempat itu. Berharap dia
bisa bertemu Orion. Sekedar ingin melihatnya lagi. Tapi, jauh didalam lubuk
hatinya. Dia tidak hanya ingin sekedar melihat Orion saja. Ia ingin
mengenalnya, lalu mengobrol dan menjadi Teman.
Kena
duduk ditempat biasanya. Tempat favoritnya! Disebuah Ayunan di bawah pohon
besar ditengah padang rerumputan Dandelion. Menunggu sampai bayangan Orion
terlihat dikejauhan sana.
1
Jam..
2
Jam..
Kena
terus menajamkan matanya melihat orang yang berlalu lalang. Ia yakin masih
ingat dengan wajah Orion. Nama dan wajah itu tidak mungkin lagi lepas dari
ingatannya. Nama dan wajah itu telah tersimpan diruang kosong dimemorinya.
Namun seberapapun Kena menajamkan tatapannya. Tidak
ada satupun orang yang terlihat seperti Orion!.
Kena melirik arloji ditangan kirinya, jam setengah
lima sore.
Ia harus bergegas pulang, tapi Orion belum juga tampak.
Dengan terpaksa dan menelan kekecewaan Kena berdiri
lalu berjalan pulang.
Semoga masih ada hari esok. Aminn.
Seminggu berlalu dan setiap hari Kena selalu datang
ketempat itu untuk menunggu Orion. Dia tidak berharap banyak lagi. Hanya ingin
melihat Orion saja, sudah Cukup!
Atau setidaknya dia bisa bertanya, Apa Orion lah
anak laki-laki yang menolongnya dulu?
Hanya itu! Agar Ia tidak seperti orang bodoh
menunggu tanpa kepastian seperti ini.
Menunggu orang yang belum tentu akan muncul!. Memang
ini salahnya sendiri, tidak bisa mengusir kelebat bayang Anak laki-laki yang
menolongnya dulu.
Terus ingat pada orang yang belum tentu masih ingat
kepadanya. Atau malah, Anak laki-laki itu hanya menganggapnya angin lalu saja.
Kalau benar Orion anak laki-laki itu, dia juga belum tentu ingat pada Kena!
Gadis kecil yang ditolongnya dulu.
Kena
tertunduk. Benar! Kenapa selama ini dia tidak pernah berpikir seperti ini. Ia
benar-benar Bodoh!. Menunggu tanpa kepastian. Menunggu orang yang bahkan
mungkin sama sekali tidak mengingatnya. Sedangkan Kena, ia malah mengingat dan
menyimpan kejadian itu pada kotak khusus dimemorinya.
Ia
merasa Menyesal! Merasa Bodoh! Merasa sakit!
Air mata mulai menggenang dipelupuk matanya. Ia
semakin menunduk menyembunyikan wajahnya. Sementara air matanya sudah mulai
jatuh.
Kena sudah mencoba kuat. Tapi tidak bisa! Ia tidak
sekuat dan setegar Dandelion.
Sebuah
tangan yang menggenggam saputangan terulur didepannya. Kena buru-buru menghapus
airmatanya dengan tangannya sendiri. Lalu mendongak menatap pemilik tangan itu.
Orion! Tatapan mata
yang berbinar dan Uluran tangan itu serta senyum itu.
Kena tertegun. Apa
benar Orion ?
“Lagi ada masalah ya ?” Tanya Orion lalu bediri
disebelah ayunan yang diduduki Kena.
Kena hanya diam. Orion kembali menyodorkan sapu
tangannya.
“Hapus
dulu air matanya!”. Kena menerima sapu tangan itu.
“Makasih”
Ujar Kena pelan.
Orion berjalan kearah
pohon dan bersender dipohon itu.
“Dejavu!” Gumam Orion
lirih dan pelan.
“Hah?” ujar Kena
Refleks.
“Gue kayak pernah
ngalamin hal ini! Tempatnya disini juga! Tapi kapan ya?” Orion terlihat mencoba
mengingat-ingat sesuatu.
Kejadian itu ?
“Anak laki-laki yang
nolongin anak perempuan yang tersesat. Kejadian itu maksud kamu ?” Kena mencoba
membantu mengingatkan Orion.
Semoga saja itu benar
Orion!
Orion terlihat ragu. Tapi, akhirnya dia mengangguk.
“Kok loe bisa tau?”
Kena
tersenyum.
“Gadis kecil itu Elo ? Kena ?” Tanya Orion
meyakinkan. Bahkan Orion masih ingat nama Kena.
Kena mengangguk mantap.
Mereka saling pandang lalu tertawa bersamaan.
“Terimakasih” Ujar
Kena. Akhirnya Kena bisa mengucapkan kata-kata yang slama ini membebaninya.
Kata-kata yang telah lama ingin diucapkannya pada anak laki-laki yang
menolongnya dulu, yang tertanyata adalah Orion.
Inilah jawabannya selama ini. Jadi, bukan
hanya dia yang mengingatnya. Jadi, anak Laki-laki dulu tidak menganggapnya
angin lalu saja. Jadi, slama ini dia juga tidak menunggu tanpa kepastian. Karna
kepastian itu sekarang ada didepan matanya.
Jawaban
dari kepastian itu ternyata adalah ORION.
TAMAT
A/n : Cerpen ini udah pernah diposting di Wattpad pribadi. Gomawo :)
Jumat, 20 November 2015
Rumus Trigonometri
Rumus Trigonometri
A.
Rumus
Trigonometri untuk Jumlah dan Selisih Dua sudut.
1.
Cos (A + B) = cos A cos B – sin A sin B
2.
Cos (A – B) = cos A cos B + sin A sin B
3.
Sin (A + B) = sin A cos B + cos A sin B
4.
Sin (A – B) = sin A cos B – cos A sin B
5.
6.
B.
Rumus Trigonometri Sudut Rangkap.
7.
Sin 2 A = 2 sin A cos A
8.
Cos 2 A = cos2 A – sin2
A
9.
Cos 2 A = 1 – 2 sin2 A
10. Cos 2 A = 2
cos2 A – 1
11.
C.
Rumus
Perkalian Sinus dan Cosinus
12. 2 cos A cos
B = cos (A + B) + cos (A – B)
13. 2 sin A sin
B = -cos (A + B) + cos (A – B)
14. 2 sin A cos
B = sin (A + B) + sin (A – B)
15. 2 cos A sin
B = sin (A + B) – sin (A – B)
D.
Rumus Penjumlahan Sinus dan Cosinus
16. Sin A + sin B
= 2 sin (A + B)
cos (A – B)
17. Sin A – sin B
= 2 cos (A + B)
sin (A – B)
18. cos A + cos B
= 2 cos (A + B)
cos (A – B)
19. cos A – cos B
= -2 sin (A + B)
sin (A – B)
Langganan:
Postingan (Atom)